Friday, June 22, 2007

KASIH YANG MENEGUHKAN

Kita semua memiliki tanggung jawab besar .… Ini termasuk mencari mereka yang tidak bersama kita dan mengulurkan kepada mereka kasih dan persaudaraan kita.
Pada suatu kesempatan saya diajak oleh seorang rekan bruder untuk menemaninya mengunjungi seorang anak SD dari keluarga miskin yang sudah beberapa hari tidak hadir dan mengikuti proses belajar-mengajar di sekolahnya. Semua rekan dan para guru di sekolahnya mempertanyakan keberadaannya dan mengapa ia tidak datang ke sekolah.
Ketika berkunjung ke rumahnya, kami bertemu dengan kedua orang tuanya. Ibunya sedang membuat ramuan untuk jamu tradisional sedangkan ayah seorang kulih bangunan. Namun akibat kecelakaan yang dialaminya 2 tahun silam, ayahnya jadi lumpuh. Setelah berbincang-bincang sebentar dengan kedua orang tua ini, kami meminta untuk bertemu dengan putera mereka. Dalam pertemuan yang penuh persahabatan tersebut, kami mencoba berbicara dari hati ke hati dengan putera mereka. Tidak ada alasan yang jelas dari putera mereka yang kami peroleh saat kami membuka dialog dalam spirit persaudaraan ‘mengapa ia tidak datang ke sekolah?’ Namun dari sorotan mata dan raut wajah si anak, terlihat jelas bahwa anak tersebut sungguh merasa prihatin dengan keadaan ekonomi keluarganya. Sesekali ia menarik napas panjang lalu tertunduk merenung, diam tanpa sepata katakan pun keluar dari mulutnya. Kami terhanyut bersamanya. Namun kemudian rekan bruder saya mencoba memberi pengertian baik dan memotivasinya untuk kembali ke sekolah dan mengikuti proses belajar-mengajar seperti sediakalah. Ia hanya menganggukkan kepalanya seakan ia menerima apa yang rekan bruder saya katakan kepadanya. Begitulah akhir dari pertemuan kekeluargaan yang kami alami saat itu. Sungguh sebuah realita bahwa pada minggu berikutnya anak tersebut datang dan mengikuti kegiatan belajar di sekolah hingga saat ini. Perlu diketahui bahwa anak tersebut sudah kelas IV SD yang tinggal beberapa saat lagi ia akan mengakhiri pendidikannya di SD. Kami ikut merasa bahagia. Kehidupan dan prilakunya di sekolah berubah total. Ia jadi anak yang rajin, tekun dan setia dengan berbagai aktivitas di sekolahnya. Pada suatu hari secara tidak sengaja saya bertemu dengannya didepan halaman sekolah. Ia menyapa, ‘selamat siang bruder!’ Saya pun tidak membiarkan kesempatan itu berlalu, saya mencoba menyapanya juga. Terjadilah dialog singkat dengannya. Bagaimana sekolahmu de? Jawabannya baik-baik saja bruder. Terimakasih, bruder telah menguatkan saya. Saya melingkari tangan saya ke bahunya seraya meneguhkan dan menguatkan hatinya. Ketika saya melakukan hal itu, air mata membasahi pipinya dan dia berkata, “Terimakasih banyak, bruder telah memberi semangat, menyadarkan serta membantu saya untuk kembali ke sekolah. Saya akan berjuang agar saya bisa lulus dari SD ini” Ade, Tuhan akan senantiasa menyertaimu. Begitulah seuntai kalimat yang keluar secara spontan dari mulut saya saat itu.
Sahabat, inilah sebuah realita hidup dizaman ini. Kadang-kadang kita kehilangan fokus kita dan menghilang dari berbagai aktivitas hidup kita tanpa sebab yang jelas dan apapun status yang kita miliki dewasa ini. Kadang-kadang kita sakit hati atau mengalami masalah yang lain. Semuanya berakhir sama dan kita gagal menerima berkat-berkat yang dapat menjadi milik kita. Kesombongan, ketidakpercayaan, kebohongan, keputusasaan serta banyak jenis sikap kita yang tidak baik dapat dihilangkan dengan perubahan dalam hati dan dengan mengikuti jalan yang telah diperlihatkan oleh sang Jalan kita, Yesus Kristus. Dia berkata, “Belajarlah dari Aku dan dengarkanlah firman-Ku, berbuatlah dalam kelemah-lembutan Roh-Ku dan engkau akan memperoleh damai di dalam Aku” Dia telah membayar tebusan kita. Dia mengasihi kita masing-masing dan menjangkau semua yang mau datang dan mengikuti Dia.
Ada nyala keinginan bagi kebaikan, jauh di lubuk hati kita masing-masing. Ketika nyala itu dipelihara dengan kebenaran Injil kekal dan kesaksian Roh, nyala itu akan membesar serta membara menjadi lebih kuat dan lebih terang sampai membawa pada kegenapan akan sebuah kebenaran. Nyala api kebenaran itu harus diperlakukan dengan kasih dan kelembutan, kemudian disertai dengan pemeliharaan yang terus-menerus. Ini seperti tukang kebun yang menanam bunga-bunga beraneka ragam yang cantik. Perawatan dan pemeliharaan yang terus-menerus sepanjang waktu membuat bunga-bunga itu merekah indah yang dapat dinikmati semua orang yang melihatnya.
Pengampunan juga merupakan kunci utama kembalinya kita pada kebahagiaan dalam kerajaan Bapa. Pada suatu saat kita mungkin tersinggung atau dituduh, ini dapat menjadi perangkap yang mungkin membawa kita jauh dari tujuan kekal hidup kita, yaitu kembali ke hadirat Bapa Surgawi. Yesus mengajarkan kepada kita pola pengampunan sewaktu Dia mengajarkan Doa Bapa-Nya. Dia berfirman, “Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Matius 6:12). Kita dapat melihat dari sini, bahwa untuk diampuni, syarat yang diberikan pada kita adalah mengampuni sesama. Kadang-kadang ini sulit dilakukan jika luka itu dalam dan telah bertahan begitu lama. Tetapi, di zaman akhir ini Dia mengajarkan asas ini bahkan lebih jelas lagi dalam kata-kata ini “Para murid-Ku pada zaman dahulu mencari-cari kesempatan untuk saling menuduh dan tidak saling mengampuni di dalam hati mereka; dan untuk kejahatan ini mereka menderita dan dihajar dengan hebat. Oleh karena itu, Aku berfirman kepadamu, bahwa hendaknya kamu saling mengampuni, sebab dia yang tidak mengampuni saudaranya atas pelanggarannya; tetap dikutuk di hadapan Tuhan; karena di dalam dirinya bersemayam dosa yang lebih besar. Aku, Tuhan, akan mengampuni orang yang hendak Aku ampuni, tetapi daripadamu diminta untuk mengampuni semua orang” Ketika kita mengikuti nasihat ini, hal ini akan membantu kita untuk mengalahkan bahkan cobaan yang paling berat.
Ketika kita mengampuni dan melupakan sesuatu, yang telah membuat kita menderita dan membuat kita keluar dari apa yang kita yakin sebagai sesuatu kebenaran, beban berat diangkat dari jiwa kita dan kita dibebaskan. Bebas untuk tetap melangkah ke depan serta maju dalam pencarian Injil Yesus Kristus, dengan meningkatnya kasih dalam hati kita. Kita akan diberkati dengan bertambahnya semangat hidup dan hati kita akan diringankan. Gelombang kekuatan rohani akan mendorong kita dalam sukacita serta kebahagiaan. Masalah masa lalu akan dicampakkan seperti pakaian lusuh. “Dan sekarang kukatakan kepadamu bahwa Gembala yang baik memanggil kamu dan jika kamu mau mendengarkan suara-Nya, Ia akan membawa dombamu ke kandang-Nya, dan kamu menjadi domba-Nya …”
Dibutuhkan keberanian untuk kembali ketika kita telah keluar dari jalur kebenaran yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Saya berpikir bahwa ketika kita melatih keberanian itu dan mengambil langkah yang dibutuhkan, kita akan mendapatkan bahwa akan ada kasih yang melimpah. Ada banyak orang yang akan bersukacita bersama kita, dan lengan persaudaraan akan diulurkan. Kita akan dipelihara, dan hati kita akan dipenuhi dengan sukacita. “Ingatlah, nilai jiwa adalah sangat berharga pada pandangan Allah. Karena lihatlah, Tuhan, Penebusmu menderita kematian secara daging, dengan demikian Dia menderita kesakitan semua orang, agar semua orang boleh bertobat dan datang kepada-Nya. Dan betapa besar kesukaan-Nya akan jiwa yang bertobat!”
Kita semua bersaudara, anak-anak Bapa Surgawi. Kita harus merangkul mereka yang untuk beberapa alasan telah melupakan jalan. Kita perlu mengasihi sesama serta mengajak sesama kita untuk kembali mengalami suka cita kebersamaan dalam Tuhan. Kita semua akan mengetahui mengenai kasih Bapa Surgawi sewaktu kita datang dengan hati yang bersedia, teguh dan siap untuk berperan serta melayani. Dia mengenal kita secara pribadi, Dia mengetahui kebutuhan kita dan apa yang menghadang kita di masa depan. Dia memiliki pemahaman sempurna mengenai perasaan, penderitaan, cobaan bagi kita masing-masing. Karena itu, dan karena Kurban Tebusan Putra-Nya, Yesus Kristus, yang tak terbatas, kita akan dapat menghadapi setiap tantangan yang datang pada kita dalam setiap alur hidup dan kehidupan kita di sini, di dunia ciptaan-Nya ini.
Kita semua memiliki tanggung jawab besar yang telah diletakkan di atas bahu-pundak kita masing-masing oleh Sang Juruselamat. Dia berfirman, “Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yohanes 21:17). Ini termasuk mencari sesama saudara dan sahabat tanpa membeda-bedakan status atau golongan yang tidak bersama kita dan mengulurkan kepada mereka kasih dan persaudaraan kita. Seyogyanya mereka berdiri bersama kita dalam kehidupan pra-fana ini. Mereka memerlukan pertolongan kita agar pergumulan hidup mereka pun sedikit demi sedikit terbebaskan.
Kita perlu saling mendoakan supaya kita masing-masing dapat memikirkan masa depan kebersamaan dalam kehidupan ini, teman-teman kita dan kenalan kita, yang belum dan tidak sedang menikmati berkat suka cita hidup yang penuh. Kita perlu ikut memikirkan dan berempati tentang sesama saudara kita yang menderita yang di atasnya kita memiliki tanggung jawab karena itulah sebuah mutiara indah panggilan hidup dalam kebersamaan ini. Kita perlu bertanya dan mengintrospeksi diri kita sendiri, apa yang dapat saya lakukan? Bapa yang ada di surga akan menuntun kita disaat kita mencari pertolongan-Nya. Kemudian kita pun diutus untuk pergi dan mencari sesama saudara kita dan mengajak mereka untuk kembali datang menikmati persaudaraan yang penuh dan menikmati pesan yang menakjubkan tentang sukacita Yesus Kristus yang dipulihkan. Biarkan mereka merasakan kasih serta mendengar kesaksian kita. Bantulah mereka untuk mengingat perasaan yang pernah mereka rasakan mengenai kebenaran kekal yang akan membuat kehidupan mereka penuh dengan sukacita serta kebahagiaan.
Semoga kita berhasrat untuk terlibat dalam pengumpulan domba-domba-Nya yang telah tersesat, sehingga mereka dapat selamat dalam kawanan-Nya. Iman kita mengajarkan bahwa Dia, “yang berkuasa untuk menyelamatkan,” adalah Gembala Yang Baik dan Dia mengasihi domba-domba-Nya. Dan kita pun bersaksi dalam nama-Nya.